cerpensik (cerita pendek asik) #1

Hari yang Berbeda

. Aku sampai di kos. Kos yang jadi tempat tinggalku selama aku kuliah di ibukota. Kos yang kata teman-teman kuliahku berantakan, ya mungkin memang berantakan, tapi aku juga sudah nyaman untuk tinggal di sini.
. Lampu kamar kunyalakan, dan bisa kulihat kosku yang memang berantakan, dan kulihat juga laptop milikku yang masih menyala, ahh sial, aku lupa lagi mematikannya sebelum berangkat kuliah. Aku membiarkannya tetap menyala. Aku jongkok dan melepas sepatu slipperku yang baru saja kubeli libur Lebaran kemarin dan kuletakkan di samping rak sepatu yang masih kosong, hanya terisi 2 pasang sepatu Converse lamaku. Tas punggungku kuletakkan di lantai di samping lemari bajuku. Kutanggalkan juga kaos dan celanaku dan kugantung di balik pintu kamar kosku.
. Sejenak aku meregangkan tubuhku, memang aku sedikit kecapekan sesudah mengikuti 2 mata kuliah berturut-turut dan 1 mata kuliah pengganti yang sialnya dipilih juga hari ini, membuatku tambah capek saja.
. Sebenarnya aku sejak tadi merasa pusing, tidak tahu kenapa, rasanya sakit sekali. Tadi ketika di kampus pun, aku mimisan, dan tiba-tiba aku lemas, untung ada teman-temanku yang segera membantu untuk mengangkatku.
. Aku membaringkan tubuhku sejenak di atas kasurku yang sudah sedikit lepek, tetapi badanku juga sudah nyaman untuk tidur di atas kasur lepek ini, biarkan sajalah. Pusingku masih terasa. Aku memejamkan mata. Akupun tertidur.

***

. Aku Bima, asalku dari Jogja. September kemarin, aku genap berusia 19 tahun. Aku kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi di sebuah universitas di Jakarta, satu-satunya universitas yang mencantumkan namaku di papan pengumuman penerimaan mahasiswa baru sekitar satu tahun yang lalu dari beberapa universitas lainnya yang tidak menerimaku menjadi mahasiswa mereka, termasuk juga yang di Jogja.
. Untuk itu sekarang aku tinggal di sebuah tempat kos yang tak jauh dari kampusku. Hanya butuh waktu 5 sampai 10 menit dengan berjalan kaki untuk sampai di kampus.
. Kosku tergolong mahal, aku membayar biaya sewa 700.000 rupiah per bulannya, dengan kamar yang cukup luas dan kamar mandi dalam, tetapi berhubung yang punya kos adalah teman dekat bapakku di Jogja, biaya sewa kos untukku dikurangi menjadi 500.000 rupiah saja per bulannya.
. Di Jakarta ini, aku tidak hanya kuliah saja, aku berpikir kalau aku pun pasti akan bosan jika aktivitasku hanya kuliah saja. 6 bulan pertama aku tinggal di Jakarta, aku memilih untuk mencari kerja part-time, dan akupun diterima kerja untuk menjadi pegawai di sebuah distro yang juga tidak jauh dari kosku, lumayanlah untuk menambah uang saku, dan juga mengisi waktu luangku.
. Aku senang dengan kehidupanku sekarang, aku memiliki banyak teman di sekitarku, juga wanita, aku juga memiliki banyak aktifitas yang bagiku masih nyaman untuk dikerjakan. Aku senang dengan hidupku, aku hanya ingin terus merasakan hidupku ini.

***

. Aku terbangun. Kulihat jam dinding yang menunjukkan sudah pukul setengah 5 sore. Kulihat juga laptopku yang masih menyala. Aku masih terbaring di atas kasurku ini.
Aku beranjak dari kasurku, dan duduk di lantai di depan laptop. Kunyalakan speaker dan mulai mendengarkan lagu-lagu.
. Sambil duduk aku bersandar di dinding kamar kosku, aku melamun sebentar, aku sebenarnya juga bingung mau melakukan apa. Aku biasa begini, kalau sedang tidak ada kerjaan di kos, aku tinggal mendengarkan lagu-lagu sambil duduk bersandar di dinding.
. Aku hari ini juga tidak ada jadwal jaga di distro. Memang nanti pukul 8 malam, aku ada janji dengan temanku, Dodi, yang nama aslinya adalah Didi, karena dia tomboy, bahkan sikapnya melebihi seorang pria pada umumnya, oleh teman-temanku dia dipanggil Dodi. Tapi menurutku dia adalah wanita yang manis meskipun tomboy.
. Sambil menunggu hingga pukul 8 nanti, aku masih bingung harus melakukan apa. Aku masih duduk dan mendengar lagu-lagu.
. Aku sebenarnya ingin keluar kamar kosku, tapi aku sedikit malas kalau nanti bertemu dengan Ucup, teman sekosku, yang kamarnya selisih 2 kamar dengan kamarku. Akhir-akhir ini aku berselisih dengannya. Ahh, malas aku memikirkannya.
. Aku menyalakan modem yang ada di samping laptop. Aku memutuskan untuk browsing sebentar. Kubuka situs Facebook. Tidak ada sesuatu yang baru, tidak ada yang menulis di wallku, tidak ada juga yang menulis comment untukku. Ya sudahlah.
. Kubuka Yahoo Mesengger, dan kulihat beberapa temanku yang juga online saat itu. Ternyata Dodi juga online, wah senangnya aku, akupun segera mengetik dan mengirimkan pesan padanya.
. Hei Dod, gmn ntar?? Jd gag? ktmu d t4 biasa kn??
. Aku menunggunya membalasku, dan setelah beberapa lama, tampaknya dia memang tidak membalas pesanku.
. Akupun menutup semua program. Koneksi internet juga kulepas. Modem kumatikan, dan laptopku pun juga kumatikan.
. Aku ingin keluar dari kamar kosku. Tapi cuaca juga sedikit mendung, akupun juga malas untuk keluar kalau seperti ini cuacanya. Aku tetap meyakinkan diri untuk keluar sebentar sambil menunggu pukul 8 malam nanti. Aku pun segera mandi dan bersiap-siap meninggalkan kosku.
. Setelah semua selesai, kumatikan lampu, dan aku keluar dari kamarku, lalu kututup dan kukunci pintu kamarku. Aku berjalan keluar, melewati kamar Ucup, perasaanku sama seperti tadi, tapi untung pintunya tertutup rapat, dan lampu kamarnya juga mati, mungkin dia pergi.
. Aku terus berjalan, mungkin tanpa arah, hanya ingin menunggu nanti malam saja.
. Di jalan, aku merasa sedikit aneh. Banyak teman-temanku, yang kupanggil mereka teman meski belum begitu mengenal, namun mereka tidak menyapaku bahkan seperti tidak melihatku lewat di depan mereka. Aku pikir mereka tidak melihatku, akupun terus berjalan.
. Aku melewati warung langgananku, tempatku makan siang hampir tiap hari. Aneh juga melihat warung ini tutup, padahal tiap hari selalu penuh dengan pelanggan. Aku melihat pemilik warung ini keluar dari samping warungnya, ada sebuah gang kecil di situ yang mengarah ke rumahnya. Namanya Pak Ferry, kata teman-temanku itu adalah nama yang keren untuk seorang pemilik warung kecil. Aku sih biasa saja. Aku memanggilnya.
. “Mari, Pak Ferry.”
. Dia tidak menggubris sapaanku, seperti tidak mendengar. Dia pun langsung naik sepeda onthelnya dan segera pergi. Aku bingung, kenapa dia tidak mendengarku, atau mungkin dia tidak ingin bertemu denganku, yang masih ada hutang dengannya kemarin sebesar 3000 rupiah. Tapi itu tidak mungkin, karena dia adalah orang yang baik, ramah, dan sabar, aku tahu dia tidak akan seperti itu hanya karena aku belum membayar hutangku. Aku tidak tahu apa yang aneh, aku pun berjalan lagi.
. Aku melihat handphoneku, jam di handphoneku menunjukkan pukul 6.30. Masih sekitar sati setengah jam lagi. Akupun terus berjalan.
. Di kejauhan, aku melihat kampusku, berdiri megah, dengan 7 tingkat, seakan melambangkan kebanggan tiap mahasiswanya untuk kuliah di kampus itu. Aku sedikit berjalan mendekat ke arah kampusku. Aku melihat keramaian di sana, aku juga melihat mobil ambulans di depan. Aku pikir keanehan apa lagi ini, tapi setelah mengingat-ingat lagi, aku teringat kalau di kampus sedang ada event tahunan yang biasa diadakan di kampusku. Event itu biasanya berupa pertunjukkan seni dan musik. Aku pikir ambulans yang ada di sana juga hanya siasat panitia untuk berjaga-jaga kalau ada yang sakit atau membutuhkan pertolongan pertama.
. Aku terus berjalan ke arah kampusku, di perjalanan, aku juga melihat Dodi yang sedang membonceng temannya, yang juga temanku, Guruh, seorang mahasiswa juga di kampusku yang menjadi idola tiap wanita di kampusku. Yah, aku sedikit cemburu melihatnya, ketika Dodi bersama Guruh, karena aku suka Dodi, dia juga begitu baik padaku. Tapi ya sudahlah, aku biasa memendam perasaanku daripada mengungkapkannya.
. Aku berteriak memanggil Dodi, yang motornya juga tidak jauh dari tempatku berdiri, tapi lagi-lagi seperti ini, dia seperti tidak mendengarku ataupun menanggapiku. Motornya pun berlalu melewatiku dan semakin menjauh setiap detiknya.
. Akupun terdiam, aku heran, kenapa semua orang seakan tidak melihatku, bahkan seperti tidak menganggapku ada. Aku heran karena hari ini tidak seperti hariku biasanya, dimana semua orang yang kukenal lebih sering menyapaku duluan daripada aku duluan yang menyapa. Semua orang begitu ramah padaku, tapi tidak untuk hari ini.
. Aku memutuskan untuk terus berjalan. Aku sampai di depan kampusku. Aneh juga tidak ada umbul-umbul maupun dekorasi-dekorasi yang berbeda di sini, padahal sedang ada event tahunan yang berlangsung. Aku berjalan ke dalam kampus. Aku kaget, ternyata keramaian ini bukan dari event tahunan yang aku kira sebelumnya. Aku melihat orang berkerumun, dan kulihat juga petugas medis yang sedang memeriksa sesuatu, dan tak kusangka, yang diperiksa adalah mayat seseorang. Akupun terkerjut, ternyata di kampusku ini, baru saja ada yang meninggal, entah kenapa, mungkin kecelakaan atau yang lain. Sepertinya aku mengenal orang itu.
. Kulihat teman-teman sekelasku yang sedang berkumpul di sebuah taman tak jauh dari situ. Aku ingin ke sana dan menanyakan kepada mereka, tetapi sebelum itu aku melihat Dodi dan Guruh yang juga berjalan ke sana, aku pun sempat malas ke sana karena melihat mereka. Tapi aku akhirnya cuek saja dan berjalan ke teman-temanku. Hampir di dekat mereka, aku kaget karena melihat wajah-wajah mereka yang tampak murung, dan bahkan ada yang menangis, aku pun tambah heran. Aku memanggil mereka.
. “Heii...!!”
. Tak ada yang menggubrisku. Aku panggil lagi mereka dan menyebutkan nama beberapa dari mereka.
. “Ton, ada apa ini?”
. Masih tak ada yang menanggapiku.
. “Bel, Bella, ada apa? Siapa itu yang meninggal?”
. Bella pun juga tak menjawabku.
. Aku heran, sangat heran. Kenapa tak ada satupun yang mendengarku. Aku mendengar Dodi dan Guruh yang baru datang. Mereka menanyakan pada teman-temanku itu.
. “Hei, bagaimana bisa terjadi? Kenapa dia?”
. “Aku juga tidak tahu, dia tiba-tiba mimisan dan terjatuh begitu saja. Setelah diperiksa, ternyata dia sudah tidak bernyawa, kamipun juga kaget,” Toni menjawab.
. “Memangnya kenapa dia? Ada yang tahu dia itu sakit apa?”
. “Setahuku dia memang punya penyakit bawaan sejak kecil, tapi aku tidak tahu kalau itu yang menyebabkan dia begini.”
. Aku semakin bertanya-tanya, dan sekaligus kaget karena sepertinya aku mulai mengerti. Itu seperti yang aku alami tadi.
. Aku pun berlari ke arah mobil ambulans, dan melihat lebih dekat. Aku terkejut, sekejap tubuhku gemetaran. Aku kaget melihat sosok jenazah itu. Aku mengenal kaos dan celananya, aku juga mengenal sepatu slippernya yang masih terlihat baru, aku juga mengenal tas yang dikenakannya yang biasa kulihat di samping lemari bajuku. Aku tidak dapat berkata-kata.
. Tiba-tiba ada yang memegang bahuku, dan memanggilku. Inilah yang pertama kali aku rasakan hari ini, ada yang menganggapku ada. Sentuhannya begitu hangat dan begitu meredakan perasaan. Aku berpaling kepadanya. Kulihat sesosok pria gagah, dan dengan pakaian putih yang seperti mengeluarkan cahaya putih penuh kehangatan.
. “Bima, kamu sudah mengerti sekarang?”
. Aku terdiam.
. “Bima, inilah waktumu, aku akan membawamu.”
. “Kamu... seorang malaikat?”
. Dia tidak menjawab, dia hanya memberikan senyumannya kepadaku. Senyuman yang memberiku kehangatan. Dia pun menggandeng tanganku dan membawaku ke suatu tempat, indah, hangat, dan sesuai dengan pemikiran orang tentang surga.

***

. Aku Bima. Sejak kecil aku memiliki penyakit bawaan. Sebuah tumor yang selalu berada di dalam tubuhku, sedikit demi sedikit menggerogoti bagian dalam tubuhku, dan membuatku sering mimisan dan bahkan sampai pingsan jika aku terlalu lelah.
. Aku Bima, dan aku senang dengan hidupku. Aku hanya ingin terus merasakan hidupku ini.

0 komentar: